APLIKASI INTEGRATED FARMING SYSTEM DALAM MEREDUKSI DAMPAK NEGATIF GLOBAL WARMING MELALUI GERAKAN MENANAM SEJUTA POHON KAKAO (Theobroma cacao)
APLIKASI INTEGRATED FARMING SYSTEM DALAM MEREDUKSI DAMPAK NEGATIF GLOBAL WARMING MELALUI GERAKAN MENANAM SEJUTA POHON KAKAO (Theobroma cacao)
Diajukan untuk mengikuti LKTI Tingkat SMA/MA Se-Jawa Tengah & DIY
Diusulkan oleh:
Natri Sutanti (3210)
Fransiska Asisi Triarini (3185)
Wahyu Sri Mulyani (3195)
SMA N I KALIBAWANG
YOGYAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suhu di permukaan bumi beberapa tahun belakangan ini meningkat sampai 20 C pertahun. Peristiwa tersebut tidak hanya terjadi disalah satu belahan bumi tertentu akan tetapi terjadi secara global, sehingga yang dimaksud global warming adalah kenaikan suhu yang terjadi secara global.
Penyebab terjadinya global warming adalah penggunaan gas-gas rumah kaca seperti O2, CO, CFC, HC, N2O dan H2O yang berlebih. Gas-gas tersebut menyebabkan radiasi sinar matahari tidak dapat dipantulkan kembali ke luar atmosfer bumi sehingga panas sinar matahari terperangkap di bumi.
Rusaknya lapisan ozon sebagai pelidung bumi mempengaruhi peningkatan suhu di permukaan bumi. Ozon mempunyai peranan penting dalam memfilter sinar ultra violet. Sinar ultra violet yang langsung masuk ke bumi akan menyebabkan meningkatnya suhu di permukaan bumi.
Lapisan ozon merupakan pelindung bagi makhluk hidup dari pengaruh radiasi ultra violet sinar matahari. Lapisan itu terletak pada ketinggian antara 20 - 55 km di atas permukaan bumi. Penipisan lapisan ozon, seperti terjadi dewasa ini, akan dapat mengubah iklim dan selanjutnya dapat mempengaruhi kehidupan di permukaan bumi (Tanudidjaja, 1996).
Beberapa dampak negatif global warming ditandai dengan naiknya suhu permukaan bumi, terjadinya pergeseran ekosistem dan iklim yang tidak menentu. Global warming juga menyebabkan mencairnya es di kutub, yang secara tidak langsung memicu kenaikan permukaan air laut. Melihat beberapa dampak tersebut, maka segera diperlukan langkah-langkah yang realistis untuk mengurangi dampak negatif global warming.
Kondisi lingkungan alam sekitar semakin kurang mendapat perhatian oleh masyarakat, hal tersebut ditandai dengan masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah-sampah di sembarang tempat, dan juga banyaknya pohon-pohon yang ditebang secara sembarangan. Hal tersebut akan bertambah buruk kondisinya jika ditambah dengan ulah manusia yang tidak sadar akan kewajibannya menjaga bumi sehingga turut menyumbang sumber penyebab global warming. Sebagian sumber penyebab global warming diantaranya adalah meningkatnya populasi kendaraan bermotor, pembakaran sampah-sampah organik, dan pemanfaatan limbah peternakan yang belum terkelola dengan baik.
Suhu lingkungan yang semakin ekstrem dan cuaca yang tidak menentu merupakan ciri-ciri adanya dampak dari global warming. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya menurut data dari BMKG tahun 2010 mempunyai temperatur rata-rata 24-320C. Menurut data yang diperoleh dari BLPT kecamatan Kalibawang, kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah Provinsi DIY yang mempunyai suhu rata-rata minimal 320C, dan berdasarkan data terakhir yang didapatkan (data pengukuran) bahwa keadaan suhu rata-rata mencapai 32,50C. Hal tersebut dapat diartikan bahwa suhu di daerah Kalibawang mengalami kenaikan sebesar 0,50C, dan lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur rata-rata di Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya. Wilayah Kalibawang merupakan lokasi yang terjangkau sebagai objek penelitian dan pengkajian terkait dampak global warming bagi penulisan karya tulis ilmiah ini.
Karakteristik lahan yang ada di daerah Kalibawang dapat dikembangkan berbagai macam komoditas pertanian, antara lain: padi sawah, palawija, sayuran, buah-buahan dan perkebunan. Usaha tani ternak dan ikanpun juga dapat berkembang dengan baik, demikian juga kayu-kayuan (BPP, 2007). Kondisi tersebut memungkinkan usaha peternakan dan pertanian dapat berkembang dengan baik, akan tetapi ada hal yang perlu diperhatikan dan segera diperbaiki yaitu terkait dengan pengelolaan limbah peternakan dan penggunaan pestisida untuk pertanian. Limbah peternakan di daerah Kalibawang masih belum terkelola dengan baik, sehingga menimbulkan efek negatif yaitu banyak menghasilkan gas metana yang menjadi sumber global warming. Efek negatif dari penggunaan pestisida yang berlebihan pada pemberantasan hama tanaman pertanian yang juga dapat menyebabkan global warming. Oleh sebab itu, melihat kondisi tersebut diperlukan langkah-langkah strategis yang dapat mengurangi dampak negatif global warming tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara untuk mengurangi dampak negatif global warming dengan memanfaatkan potensi lingkungan yang ada?
2. Bagaimana mengembangkan konsep integrated farming system dengan gerakan menanam tanaman kakao (Theobroma cacao)?
3. Bagaimana cara untuk mendapat manfaat lebih dari penerapan sistem tersebut untuk diterapkan di wilayah Kalibawang pada khususnya maupun di Kulon Progo pada umumnya?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui, memahami dan mengkaji lebih dalam tentang global warming.
2. Untuk mengetahui penyebab atau sumber dan dampak dari global warming.
3. Untuk mengetahui cara yang tepat guna mengurangi dampak negatif global warming yang berbasis lingkungan.
4. Untuk mengidentifikasi kelebihan tanaman kakao (Theobroma cacao) dibandingkan tanaman lain sebagai tanaman alternatif pencegah global warming dalam aplikasinya dengan integrated farming system.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
· Membantu menyukseskan program pemerintah dalam hal sosialisasi penghijauan lahan (reboisasi).
· Ikut serta membantu mencarikan solusi untuk mengurangi dampak negatif global warming.
2. Bagi Petani
· Menghijaukan lahan yang masih belum teroptimalkan sehingga dapat mengurangi efek global warming.
· Menambah wawasan masyarakat tentang manfaat limbah ternak yang berdaya guna untuk meningkatkan produksi tanaman kakao (Theobroma cacao) dalam integrated farming system.
· Mengetahui manfaat lebih penanaman tanaman kakao (Theobroma cacao).
· Memahami tentang sumber penyebab dan dampak negatif dari global warming.
3. Bagi Peneliti
· Menambah wawasan tentang berbagai hal mengenai global warming.
· Menambah wawasan tentang cara mengurangi dampak negatif global warming dengan memanfaatkan potensi lingkungan.
· Mengetahui kelebihan tanaman kakao dibandingkan tanaman lain sebagai tanaman alternatif untuk mengurangi dampak negatif global warming.
· Menambah wawasan tentang cara mengaplikasikan integrated farming system dengan memanfaatkan tanaman kakao (Theobroma cacao).
· Menambah pengetahuan untuk turut berperan mengurangi dampak negatif dengan mensosialisasikan manfaat lebih dari aplikasi integrated farming system melalui gerakanb penanaman pohon kakao (Theobroma cacao).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Global warming
Pemanasan global (global warming) adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Global warming dalam arti lain adalah pemanasan global yang terjadi karena menipisnya lapisan ozon dan semakin banyaknya efek rumah kaca yang membuat panas matahari terperangkap dan tidak bisa dipantulkan bumi. Temperatur bumi semakin tinggi, menyebabkan permukaan air laut meningkat dan terjadi pergeseran iklim. Selama seratus tahun belakangan ini suhu rata-rata global permukaan bumi meningkat yaitu 0,74 ± 0,18oC (1,33 ± 0,32oF) (Anonim1, 2008).
Pemanasan global merupakan fenomena naiknya suhu sedunia secara bersama-sama yang terjadi dari tahun ketahun karena pengaruh dari efek rumah kaca (green house effect) yaitu semakin meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O), dan Cloro Fluoro Carbon (CFC) yang membuat energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi (Soemarwoto, 1998).
2.2 Penyebab Global warming
IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) memperkirakan suhu permukaan global akan meningkat 11-64oC antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. efek rumah kaca
b. efek umpan balik
c. variasi matahari
d. penyumbang emisi karbon
Selain faktor penyebab di atas, masih ada beberapa hal yaitu maraknya penggundulan hutan yang menyebabkan menyempitnya resapan air sehingga kemampuan tanaman bumi untuk mengoksidasi CO2 menjadi O2 semakin menurun. Penyebab lain adalah polusi udara semakin meningkat dan air hujan tidak dapat meresap secara sempurna ke dalam bumi (Anonim2, 2009).
2.3 Akibat Global warming
Akibat buruk dari pemanasan global dapat mempengaruhi makhluk hidup di muka bumi terutama manusia, seperti: banjir, kemarau panjang, kekurangan air minum, iklim yang tidak stabil, hilangnya gletser, punahnya beberapa jenis hewan, peningkatan permukaan air laut, suhu global yang semakin tinggi, pergeseran ekosistem, gangguan ekologis dan perubahan cuaca. Efek-efek tersebut dapat menyebabkan tanaman pangan mati atau tidak dapat berproduksi secara maksimal dan itu berarti dunia terancam bahaya kelaparan (Anonim1, 2008).
2.4 Cara Mengatasi Global warming
Pemerintah telah melakukan beberapa tindakan nyata untuk mengatasi global warming, seperti penanaman 1168 pohon di sekitar salah satu pabrik perakitan kendaraan bermotor. Pada dasarnya apabila kita semua yang ada di bumi sadar akan akibat dari global warming dan bergerak melaksanakan ide penghijauan lingkungan tanpa harus menunggu pemerintah maka emisi gas-gas rumah kaca di negara kita akan terkurangi (Anonim1, 2008).
2.5 Limbah Ternak
Limbah peternakan adalah bahan-bahan yang dihasilkan selama produksi daging, susu, telur, wool, kulit, jasa, dan hobi/kesenangan, yang dibiarkan terakumulasi tanpa adanya pengolahan di lingkungan peternakan. Limbah ternak adalah campuran feses dan urin baik dalam bentuk padat maupun setengah padat tanpa adanya penambahan alas tidur (bedding), air, tanah ataupun benda-benda asing lainnya yang dengan sengaja telah ditambahkan ke dalamnya. Limbah cair peternakan menunjukkan bahwa limbah peternakan sudah ditambah air dalam jumlah yang cukup sehingga dapat mengalir dengan mudah (Triatmojo, 2004).
Limbah ternak memiliki efek negatif dan efek positif. Efek negatif limbah ternak yaitu menghasilkan gas methane yang menyebabkan efek pemanasan global dan perusakan ozon. Efek positif limbah ternak yaitu masih mengandung nutrisi (protein, lemak, vitamin), dan potensial dimanfaatkan untuk pupuk organik, dan sumber energi (biogas) (Triatmodjo, 2007).
Kotoran ternak belum mendapat perhatian yang khusus bagi masyarakat. Ada yang membuang langsung kotoran ternaknya ke sungai dan ada juga sebagian kecil yang mengolahnya menjadi kompos. Secara tanpa sadar telah menimbulkan pencemaran lingkungan dengan membuang kotoran ternak sembarangan. Hal tersebut dapat memicu pemanasan global sebab kotoran ternak banyak mengandung gas metana (Anonim3, 2009).
2.6 Tanaman kakao ( Theobroma cacao )
Tanaman kakao atau nama ilmiahnya Theobroma cacao merupakan komoditas unggulan no.3 setelah karet. Ditinjau dari segi penanamannya, tanaman kakao ditanam di daerah - daerah yang berada pada 10º LU-10º LS. Penyebaran tanaman kakao secara umum berada pada 7º LU-18º LS. Hal ini erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dengan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. (Anonim4, 2008).
Biji kakao merupakan salah satu komoditi perdagangan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam rangka usaha memperbesar/ meningkatkan devisa negara serta penghasilan petani kakao (Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2007)
Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan tropis. Sedangkan faktor- faktor iklim yang menentukan tumbuhan tanaman kakao adalah sebagai berikut:
a. Curah Hujan
Areal penanaman tanaman kakao yang ideal adalah bercurah hujan 1100 – 3000 mm pertahun.
b. Temperatur
Temperatur ideal bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah 30ºC - 32ºC (maksimum) dan 18ºC - 21ºC (minimum).
c. Sinar Matahari
Fotosintesis maksimal diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya didalam fotosintesis setiap daun tanaman kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3 – 30% cahaya matahari penuh atau pada 15% cahaya matahari penuh.
d. Tanah
Areal penanaman tanaman kakao yang baik tanahnya mengandung fosfor antara 257 ‐ 550 ppm berbagai kedalaman (0 ‐ 127,5 cm), dengan persentase tanah liat dari 10,8 ‐ 43,3%; kedalaman efektif 150 cm; tekstur (rata‐rata 0‐50 cm di atas) SC, CL, SiCL; kedalaman Gley dari permukaan tanah 150 cm; pH‐H2O (1:2,5) = 6 s/d 7; zat organik 4 persen; K.T.K rata‐rata 0‐50 cm di atas 24 Me/100 gram; kejenuhan basa rata‐rata 0 ‐ 50 cm di atas 50%.
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanaman yang memiliki pH 6 ‐ 7,5; tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; paling tidak pada kedalaman 1 meter (Anonim4, 2008).
2.7 Pestisida
Semua bahan-bahan yang bersifat racun, yang digunakan untuk membunuh jasat hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan manusia disebut pestisida (Permanasari, 2008).
2.8 Reboisasi
Reboisasi (reforestation) adalah penanaman kembali hutan yang telah ditebang (tandus, gundul). Reboisasi berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan menyerap polusi dan debu dari udara, membangun kembali habitat dan ekosistem alam, mencegah pemanasan global dengan menangkap karbon dioksida dari udara, serta dimanfaatkan hasilnya (terutama kayu) (Anonim5, 2008).
2.9 Sistem Pertanian Terpadu
Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu solusi alternatif bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan & konservasi lingkungan serta pengembangan desa secara terpadu. (Anonim6, 2008).
Integrated farming system merupakan strategi penggunaan lahan secara terpadu untuk meningkatkan produktifitas dan keuntungan petani dengan mempertahankan kesinambungan atau kelestarian pertanian tersebut (Anonim7, 2008).
BAB III
METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan Lomba Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Aplikasi Integrated Farming Sytem dalam Mereduksi Dampak Negatif Global Warming dengan Menanam Sejuta Tanaman Kakao (Theobroma cacao) ”, antara lain :
3.1 Metode Penguatan Tinjauan Ilmiah
Metode yang digunakan dalam menguatkan tinjauan ilmiah dari penulisan karya tulis ini adalah dengan melakukan telaah pustaka, artikel ilmiah di internet yang relevan dengan tema penelitian. Pustaka yang ditelaah antara lain yang berkenaan dengan ilmu lingkungan, kimia, biologi, fisika, bidang peternakan, dan pertanian.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang disajikan di dalam karya tulis ini dikumpulkan melalui penelusuran di internet. Kemudian dikuatkan dengan wawancara dan survei di daerah Kalibawang pada bulan Agustus 2010. Beberapa yang menjadi sumber dari wawancara, diantaranya; Pengurus BLPT di Kalibawang, beberapa peternak dan petani tanaman kakao (Theobroma cacao) (Lampiran 1).
3.3 Metode Analisis dan Sintesis
Metode yang digunakan dalam menganalisis dan menyintesis informasi adalah dengan cara menelaah pustaka kemudian mengorelasikan hubungan sebab akibat antara beberapa fenomena sosial (masyarakat) dengan kasus dampak negatif global warming, serta menghubungkan gagasan ilmiah dengan realita di lapangan.
3.4 Metode Pengaturan Penulisan
Pengaturan penulisan yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini mengacu pada aturan yang ditetapkan oleh panitia Lomba Karya Tulis Ilmiah Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang 2010.
BAB IV
PEMBAHASAN
Beberapa sumber yang menjadi penyebab utama terjadinya global warming saat ini khususnya di wilayah Kalibawang yaitu pengelolaan limbah ternak yang belum termanajemen dengan baik, dan penggunaan pestisida pemberantas hama yang berlebihan. Efek negatif dari penggunaan pestisida yang berlebihan dan limbah peternakan (penghasil gas metana) yang tidak terkelola dengan baik dapat memicu naiknya gas rumah kaca di bumi, yang menyebabkan suhu bumi meningkat. Sumber tersebut menyebabkan keadaan suhu di wilayah kalibawang semakin meningkat berkisar 0,50C dari rata-rata temeperatur 32,50C.
Keadaan suhu yang semakin meningkat tersebut dapat mempengaruhi berbagai aktifitas manusia utamanya dan makhluk hidup pada umumnya. Misalnya pada sektor pertanian, suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan gagal panen. Meningkatnya suhu global dan terjadinya pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (water born). Banyaknya efek dari gas rumah kaca dapat menyebabkan terjadinya polusi udara yang berdampak pada gangguan saluran pernafasan, seperti asma, alergi, penyakit jantung dan paru-paru kronis karena kebanyakan dari gas-gas tersebut bersifat toksid bagi tubuh.
Melihat beberapa dampak negatif dari bahaya global warming tersebut, sudah saatnyalah sekarang memulai langkah untuk mereduksi dampak tersebut. Usaha ini dapat dimulai dari lingkungan yang terdekat, Kalibawang merupakan lokasi yang terjangkau sebagai objek penelitian dan pengkajian terkait dampak global wraming bagi penulisan karya tulis ilmiah ini. Salah satu alternatif strategi yang dapat digunakan sebagai usaha untuk mengurangi dampak negatif global warming adalah dengan memanfaatkan potensi lingkungan dengan kembali ke kehidupan yang senantiasa berdampingan dengan alam sekitar (back to nature).
Kalibawang memiliki komoditas tanaman pertanian yang potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan yaitu tanaman kakao (Theobroma cacao). Banyaknya tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi akan memperkecil konsentrasi gas-gas rumah kaca khususnya CO2, dan memperbanyak volume O2 di udara. Tumbuhan memerlukan CO2 dalam proses fotosintesis, sehingga akan menyerap banyak CO2 yang menyebabkan global warming. Tanaman kakao (Theobroma cacao) akan mempunyai nilai lebih jika dikembangkan dengan integrated farming system, yang didalamnya mempunyai beberapa unsur yang potensial di wilayah tersebut serta saling berhubungan yaitu tanaman kakao (pertanian), limbah ternak (peternakan), dan petani/ peternak sebagai pelakunya. Penerapan sistem tersebut selain ditujukan sebagai usaha untuk mereduksi dampak global warming juga akan memunculkan inovatif dan korelasi yang membangun dan bermanfaat bagi berbagai pihak. Hubungan antara tanaman kakao (Theobroma cacao) dengan beberapa unsur dalam integrated farming system dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan pemanfaatan tanaman kakao ( Theobroma cacao)
dalam integrated farming system
a. Tanaman kakao (Theobroma cacao) dengan makhluk hidup
Fotosintesis |
C6H12O6 + O2 |
CO2 + H2O |
berikut :
.
Pernafasan manusia/hewan
Semakin banyak tanaman yang ditanam, maka semakin banyak pula gas CO2 yang akan diserap oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu kadar gas CO2 di udara dapat berkurang dan kadar O2 akan bertambah. Dengan menurunnya kadar gas CO2 di udara maka efek global warming dapat berkurang.
Proses fotosintesis dapat mengurangi kadar CO2 di udara kemudian menjadi O2 (oksigen) yang digunakan oleh makhluk hidup untuk bernafas. Pada dasarnya semua tumbuhan dapat digunakan sebagai pencegah atau penanggulangan global warming karena hampir setiap tanaman mampu untuk berfotosintesis dan menghasilkan O2. Sedangkan tanaman kakao memiki kelebihan dibandingkan dengan tanaman lain (berdasarkan hasil wawancara) yang telah dilakukan peneliti.
Produktifitas tanaman kakao (Theobroma cacao) mencapai usia 30 tahun. Harapannya dengan menggalakan gerakan penanaman sejuta pohon kakao dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk mereduksi dampak global warming dalam jangka panjang. Tanaman kakao juga dapat diremajakan dengan cara sambung samping yang mudah dilakukan.
Tanaman kakao cukup mudah untuk dibudidayakan. Pada saat musim kemarau tiba, banyak tumbuhan yang menggugurkan daunnya untuk mengurangi laju penguapan, akan tetapi tanaman kakao ini masih tetap hijau sekalipun di musim kemarau. Hal ini tentu saja sangat menguntungkan karena dengan begitu, fotosintesis tetap berlangsung sehingga kadar CO2 akan berkurang.
b. Tanaman kakao (Theobroma cacao) dengan lahan pertanian
Limbah tanaman kakao yaitu kulit dan daunnya dapat diolah menjadi pupuk organik. Pembuatan pupuk organik ini dilakukan melalui proses fermentasi. Kulit dan daun tanaman kakao tersebut difermentasi selama satu bulan dengan menambah stardex. Setelah proses fermentasi, kemudian dilakukan penggilingan agar struktur pupuk menjadi lebih halus. Pupuk organik tersebut dapat digunakan untuk memupuk berbagai macam tanaman. Pupuk organik ini juga baik untuk menjaga kesuburan tanah/ lahan. Pupuk organik ini juga tidak membuat tanah menjadi tandus jika dipakai secara terus menerus.
c. Tanaman kakao (Theobroma cacao) dengan petani
Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas pertanian memberikan banyak manfaat bagi petani. Potensi yang dimanfaatkan dari tanaman kakao adalah biji sebagai hasil utamanya, dan kulit serta daunnya sebagai bahan untuk membuat pupuk organik yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Petani akan memperoleh keuntungan dari hasil penjualan biji kakao, yang dipasaran harga bisa cenderung stabil artinya pada saat produksi berlimpah harganya tidak turun jauh dari rata-rata harga Rp.25.000,00/kg (dalam kondisi kering). Hal tersebut yang mendorong para petani menanam tanaman kakao dan harapannya dapat mendorong masyarakat untuk menggalakan gerakan menanam sejuta tanaman kakao.
Limbah pertanian tanaman kakao yang berupa kulit yang dicampur dengan daun-daun kakao dapat diolah menjadi pupuk organik. Pupuk tersebut dapat bermanfaat bagi petani untuk menyuburkan lahan pertaniannya, selain itu pupuk tersebut dapat dijual dipasaran sehingga menjadi sumber pemasukan bagi petani.
d. Tanaman kakao (Theobroma cacao) dengan sektor peternakan
Limbah pertanian dari tanaman kakao tidak saja hanya dipakai menjadi pupuk organik saja, akan tetapi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang memiliki kandungan nutrisi bagus untuk perkembangan ternak. Sedangkan dari sisi peternak (ternak yang dipelihara) menghasilkan limbah peternakan yang dapat dikelola dengan baik menjadi pupuk yang dapat membantu menyuburkan tanaman kakao pada khususnya maupun tanaman pada umumnya. Sehingga hubungan tersebut dapat disebut saling menguntungkan, harapannya para peternak maupun petani yang ada di wilayah Kalibawang pada khususnya maupun masyarakat di wilayah Kulon Progo pada umumnya dapat menerapkan sistem yang saling menguntungkan tersebut.
Kondisi lahan di wilayah Kalibawang sangat potensial untuk pembudidayaan tanaman kakao (Theobroma cacao), dan pengembangan ternak sapi. Berdasarkan dengan kondisi tersebut sangat relevan ketika potensi-potensi yang ada tersebut dapat dioptimalkan dalam rangka mengurangi dampak negatif global warming dengan menerapkan dalam integrated farming system. Lahan-lahan yang masih kosong dapat dioptimalkan untuk ditanami tanaman kakao, yang kemudian baik hasil utamanya maupun limbah pertaniannya dapat dimanfaatkan bagi petani kakao tersebut maupun peternak (sebagai bahan pakan ternak).
Masyarakat dan petani sampai sejauh ini memberi tanggapan positif terhadap pembudidayaan tanaman kakao, terlihat pada gambar 2 petani yang sedang memetik hasil tanaman kakao.
ambar 4. Tanaman kakao Siap panen |
.
Gambar 2. Petani yang sedang memetik kakao
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tanaman kakao (Theobroma cacao) dapat tumbuh subur di daerah Kalibawang yang beriklim tropis. Sehingga tanaman kakao (Theobroma cacao) dapat dibudidayakan di daerah-daerah yang juga beriklim tropis dan memiliki karakteristik yang sesuai dengan daerah tumbuh ideal tanaman kakao (Theobroma cacao) baik di wilayah Kulon Progo khususnya, maupun di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Wilayah kabupaten Kulon Progo yang dapat dikembangkan budidaya tanaman kakao selain kecamatan Kalibawang adalah Girimulyo, Kokap, Samigaluh, dan sebagian daerah Pengasih.
Selain itu tanaman kakao (Theobroma cacao) juga memiliki nilai lebih yaitu limbah pertanian dari tanaman kakao (kulit dan daun) dapat diolah menjadi pupuk organik. Pupuk ini dapat menjaga kesuburan tanah sehingga tanaman yang tumbuh dapat berkembang dengan baik (untuk mereduksi dampak global warming). Bukan hanya itu saja, nilai lebih lainnya adalah produktifitas tanaman kakao dapat mencapai umur 30 tahun dan tetap hijau di musim kemarau, sehingga dapat mereduksi dampak global warming dalam jangka panjang. Produktifitas tanaman kakao dapat juga ditingkatkan dengan pemupukan yang berasal dari limbah peternakan yang juga banyak dikembangkan di wilayah Kalibawang, sehingga jika ditarik dalam sebuah pola hubungan dari tanaman kakao dengan beberapa unsur dapat digambarkan dalam sebuah sistem yang inovatif yaitu integrated farming system.
Pembahsan dari karya tulis ini dapat disimpulkan bahwa tanaman kakao (Theobroma cacao) dapat digunakan serta mempunyai beberapa nilai lebih sebagai salah satu tanaman alternatif dalam mereduksi dampak global warming dengan aplikasi integrated farming system.
SARAN
Mengingat pentingnya mengembangkan konsep integrated farming system dalam mereduksi dampak negatif global warming dengan penggunaan tanaman kakao (Theobroma cacao) dengan pendekatan yang berbasis lingkungan ini, maka kami menyarankan pemerintah untuk dapat melakukan penyusunan langkah-langkah kreatif, edukatif, dan sistematis dalam mengelola lingkungan. Selain itu, regulasi struktural dan infrastruktur yang lengkap juga akan semakin menguatkan pengelolaan sistem tersebut.
Selanjutnya, peranan sekolah dalam ikut serta dalam mensosialisasikan konsep tersebut adalah dengan aktif dalam pendampingan dan penyuluhan kepada para petani/peternak dan masyarakat pada umunya untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan nyaman terbebas dari bahaya dampak global warming.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2008. Majalah Pelajar. Global warming. Jakarta:Limadaya: 19.
Anonim3 Available at http://ide.wikipedia.org/reboisasi
Anonim4. Available at http://migroplus.com/brosur/budidaya%20tanaman kakao.Pdf.
Anonim6, Avaliable at http://ide.wikipedia.org/sistem pertanian terpadu
Anonim7. 2007. Handout Bahan Ajar Sistem Pertanian Terpadu. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Departemen Pertanian, Direktorat pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2002. Pedoman Teknologi Pengolahan Tanaman kakao. Jakarta: Departemen Pertanian.
Permanasari, Anna. 2008. Kimia dalam Kehidupan Kita. Jakarta:Ipa Abong.
Riyanto, Bekti. 2010. Buku Ajar Biologi . Solo:Sindunata.
Soemarwoto, Otto . 1998 . Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan . Jakarta : Djambatan.
Sutresna, Nana. 1995. Kimia 2. Bandung : Ganeca Exact Bandung.
Tanudidjaja, Moh. Ma’mur. 1996 . Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa . Yogyakarta: Balai Pustaka.
Triatmojo, Suharjono. 2004. Penanganan Limbah Peternakan. Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS). Jurusan Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Wardhana, Wisnu Arya . 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Lampiran 1. Daftar narasumber yang berhasil diwawacarai :
1. BLPT (Balai Penyuluh Pertanian Kalibawang)
Bariyadi, S.ST, selaku petugas penyuluh BPP Kalibawang yang telah memberikan informasi.
2. Peternak, dan Petani di Kalibawang
a. Giharto di Banjaroya pada 14 Agustus 2010
b. Hardianto di Banjaroya pada 14 Agustus 2010
c. Suwito Wiyono di Banjarasri pada 14 Agustus 2010
d. Rubinah di Banjarasri pada 14 Agustus 2010
e. Herman Sugali di Banjaroya pada 15 Agustus 2010
f. Wagiman di Banjaroya pada 15 Agustus 2010
g. Marsini di Banjaroya pada 15 Agustus 2010
h. Kadi di Banjarharjo pada 15 Agustus 2010
i. Supratman di Banjarharjo pada 15 Agustus 2010
j. Marsadi di Banjarharjo pada 15 Agustus 2010
k. Loso di Banjararum pada 15 Agustus 2010
l. Bardo di Banjararum pada 15 Agustus 2010
Komentar
Posting Komentar